Gresik - Lapangan terbang (lapter) Bawean di Desa Tanjungori Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik diperkirakan sudah siap pakai pada 2012. Saat ini proses yang tersisa adalah pembangunan runway pesawat.
"Pembangunan konstruksi sudah di mulai lagi. Saat ini tinggal merampungkan pembangunan runway atau landasan pesawat saja. Untuk sarana penunjangnya, semua sudah selesai, kemungkinan tahun depan sudah bisa dipakai. Hal ini juga pernah ditegaskan oleh Sekda (Sekretaris Daerah) Kabupaten Gresik beberapa waktu lalu," kata Tugas Husni Syarwanto, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Gresik, Rabu (9/3).
Pemerintah Kabupaten Gresik , tambah dia, hanya bertanggungjawab untuk pembebasan lahan saja. Sedang semua konstruksinya dikerjakan dengan menggunakan dana APBN dan APBD Provinsi. "Anggaran konstruksinya dialokasikan dari anggaran provinsi dan pusat, tapi mohon maaf saya tidak mengetahui pasti jumlahnya. Kita hanya menfasilitasi untuk pembebasan lahannya saja," ungkap Tugas Husni.
Sebelumnya, sisa lahan yang belum dibebaskan sekitar 9,5 hektare (ha) untuk penambahan runway menjadi 1.200 meter. Dan awal tahun lalu, pemkab bertinjauan melakukan pembebasan lahan tahap pertama seluas 3,2 ha. Saat ini pemilik lahan yang sudah bertahun-tahun menolak lantaran tidak cocok dengan harga yang ditawarkan sudah menerima uang muka pembayaran. Pemilik lahan menerima harga Rp 60 ribu per meter persegi.
Jadi saat ini tersisa lahan 6,3 ha yang harus dibebaskan oleh Pemkab Gresik. Sisa lahan yang belum dibebaskan ini rencananya untuk tambahan runway sepanjang 250 meter. "Insya Allah, tahun 2012 pembebasan lahan akan kami selesaikan dan lapter di Bawean sudah siap pakai. Ini lantaran pemilik lahan yang terkena rencana pembebasan sudah sepakat," jelas Tugas Husni.
Koordinator Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerbang Bawean, Abdul Basith menilai pembangunan lapter di Bawean sudah sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Sebab, hampir setiap bulan penyeberangan laut yang merupakan satu-satunya transportasi menuju Bawean terkendala oleh gelombang tinggi.
Apalagi, lanjut dia, sebagian besar warga Bawean menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia dan Singapura. "Selama ini mereka jarang pulang karena tidak ada kepastian dari keberangkatan kapal penyeberangan Gresik-Bawean. Mereka takut ketika sampai di Gresik ternyata tidak bisa menyeberang karena cuaca mendadak buruk," tandasnya.
Menurut data organisasi kerukunan Persatuan Malaysia-Bawean (PM), jumlah warga Bawean yang menjadi TKI di Malaysia sebanyak 127 ribu orang. Karenanya Basith yakin lapter Bawean akan lebih berpotensi dibandingkan lapter di daerah lain di Jawa Timur, seperti Banyuwangi atau Jember. "Lapter Bawean akan menjadi transportasi utama selain transportasi laut. Menuju Bawean itu tidak ada transportasi darat seperti daerah pemilik lapter di Jatim lainnya. Apalagi banyak sekali warganya yang bekerja menjadi TKI, itulah kenapa saya yakin lapter Bawean paling potensial," ujarnya.
Sayangnya, pembangunan sarana moda transportasi ini tidak diiringi dengan pembangunan infrastruktur jalan. Menurut pantauan Surabaya Post, Jalan Lingkar Bawean (JLB) yang merupakan nadi penghubung antar daerah di Bawean, termasuk ke lapter di Desa Tanjungori rusak parah. Untuk menempuh perjalanan 25 kilometer dari Kecamatan Sangkapura ke Kecamatan Tambak atau sebaliknya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Belum lagi jika menggunakan kendaraan roda empat, akan lebih lama lagi.
Kerusakan jalan terbesar di wilayah Pemkab Gresik ada di Bawean, tahun ini pemkab hanya menganggarkan Rp 6 miliar untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan di Bawean. Menurut data Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pekerjaan Umum (PU) di Bawean, jalan lingkar Bawean (JLB) ruas Sangkapura hingga Tambak atau lingkar Barat sepanjang 25 kilometer, rusak berat sepanjang 6.610 meter, rusak sedang 11.190 meter, dan yang kondisinya baik hanya sepanjang 7.200 meter.
JLB ruas Tambak -Diponggo sepanjang 8.000 meter, rusak berat 2.000 meter, rusak sedang 1.100 meter, dan kondisi baik 4.900 meter. Ruas jalan Sangkapura hingga Diponggo sepanjang 21.000 meter mengalami rusak berat 4.050 meter, rusak sedang 5.400 meter, dan kondisi baik 11.550 meter. Totalnya, JLB panjangnya 54 kilometer. Rusak berat 12.660 atau 23,4 persen, rusak sedang 17.690 meter atau 32,76 persen, kondisi baik hanya 23.650 meter. sep
(SURABAYA POST)
Gresik (beritajatim.com) - Kendati sempat terhenti akibat masalah pembebasan lahan. Pembangunan proyek lapangan terbang (lapter) di Pulau Bawean Gresik, Jawa Timur ditarget selesai pada tahun 2012.
"Bulan ini pembangunan lapter di Pulau Bawean akan segera dimulai lagi dan pada akhir 2012 bakal beroperasi," kata Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto, Kamis (02/06/2011).
Sebelumnya, pembangunan lapter di Bawean tepatnya di Desa Tanjung Ori, Kecamatan Tambak sempat terhenti. Bahkan, semua peralatan alat berat mangkrak dan menjadi penghalang akses pintu masuk menuju lapter.
"Terhentinya proyek pembangunan lapter akibat terkendala pembebasan lahan seluas 3,2 hektar untuk landasan pacu," tutur Sambari Halim Radianto.
Ditambahkan Sambari Halim Radianto, saat ini masalah pembebasan lahan sudah selesai karena warga setuju dengan harga per meternya Rp 60 ribu.
"Karena masalah lahan selesai maka pembangunan proyek lapter dimulai lagi termasuk penambahan landasan serta fasilitas pendukung lainnya," tambahnya.
Diakui Sambari Halim Radianto, jika proyek pembangunan lapter Bawean selesai sesuai rencana maka transpotasi yang semula hanya dijangkau dengan kapal motor penumpang (KMP). Maka, warga Bawean bisa memanfaatkan akses keluar dengan moda transportasi udara. [dny/but]